Tulungagung merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang terkenal sebagai kota penghasil marmer terbesar di Indonesia. Menurut sejarah kata Tulungagung berasal dari bahasa Kawi yakni Tulung berarti dan Agung artinya besar. Sehingga Tulungagung berarti adalah sumber air yang besar. Tulungagung juga miliki beberapa destinasi wisata yang tak kalah cantik. Kabupaten Tulungagung juga miliki tradisi budaya yang terjaga hingga saat ini. Berikut ulasannya.
Tradisi dan Budaya Tulungagung Yang Unik dan Tetap Terjaga
- Temanten Kucing
Tradisi temanten kucing ini dilakukan di desa Palem Kecamatan Campurdarat, Tulungagung. Tradisi ini sudah ada sejak ratusan tahun silam, yang dipercaya mampu mendatangkan hujan. Dalam upacara ini, sepasang kucing jantan dan betina ditemukan dan dijadikan pasangan pengantin. Sepasang kucing ini nantinya akan dimandikan di Telaga Coban dan diarak menuju lokasi pelaminan. Prosesi ini juga tidak luput dari sesaji dan doa doa.
- Tiban
Tiban merupakan sebuah tradisi sekaligus kesenian yang hingga kini tetap dilakukan di Kabupaten Tulungagung. Tiban merupakan perang cambuk antara dua orang. Cambuk yang digunakan dibuat dari lidi aren yang dianyam dan dijadikan satu. Tradisi ini juga biasanya diadakan untuk meminta turunnya hujan, sehingga sering dilakukan pada musim kemarau yang panjang. Tak hanya itu tradisi ini juga sebagai salah satu melestarikan budaya yang sudah ada.
- Larung Sembonyo
Tak hanya sebagai tradisi, kegiatan ini juga kini sudah mampu menarik wisatawan setelah dikelola oleh dinas pariwisata setempat. Tradisi larung Sembonyo dilakukan di pantai Popoh dan Pantai Sidempuan saat bulan Suro. Dengan melarungkan beragam sesaji dan hasil bumi ke lautan. Tradisi ini sudah turun temurun dilakukan dan kini juga sudah mendapat dukungan untuk meningkatkan sektor wisata di Tulungagung.
Masyarakat Tulungagung masih menjunjung tinggi tradisi yang diturunkan oleh leluhurnya. Tak hanya tradisi beberapa seni budaya juga masih terus dilestarikan hingga kini.Pengadaan festival hingga kirab budaya seperti menjadi agenda rutin di kota yang terkenal dengan ayam lodhonya ini. Kekayaan alam dan keseniannya juga bisa mendukung sektor pariwisata apalagi jika berpadu dengan kulinernya yang tak kalah khas.